1. Manfaat
Komputer Dalam Keperawatan
Di era teknologi
informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan untuk
mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut
pada pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat
saat ini sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah
satunya dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern
dipelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi
dan komunikasi dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan
dengan baik oleh perawat khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan
keperawatan.
Tenaga perawat
sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan
kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang perawat
harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari mulai
pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai
dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan,
asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum
disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal
pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai
potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan
bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang
lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen. Salah satu bagian dari
perkembangan teknologi dibidang informasi yang sudah mulai dipergunakan oleh
kalangan perawat di dunia internasional adalah teknologi PDA ( personal
digital assistance. Di masa yang akan datang, pelayanan kesehatan akan
dipermudah dengan pemanfaatan personal digital assistance (PDA).
Perawat, dokter, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta
informasi perawatan terakhir.
Definisi PDA
(Personal Digital Assistants) menurut Wikipedia adalah sebuah alat
komputer genggam portable, dan dapat dipegang tangan yang didesain
sebagai organizer individu, namun terus berkembang sepanjang masa. PDA memiliki
fungsi antara lain sebagai kalkulator, jam, kalender, games, internet akses,
mengirim dan menerima email, radio, merekam gambar/video, membuat catatan,
sebagai address book, dan juga spreadsheet. PDA terbaru bahkan
memiliki tampilan layar berwarna dan kemampuan audio, dapat berfungsi sebagai
telepon bergerak, HP/ponsel, browser internet dan media players. Saat ini
banyak PDA dapat langsung mengakses internet, intranet dan ekstranet melalui
Wi-Fi, atau WWAN (Wireless Wide-Area Networks). Dan terutama PDA memiliki
kelebihan hanya menggunakan sentuhan layar dengan pulpen/ touch screen.7)
Dokter, mahasiswa
kedokteran, perawat, bahkan pasien akan lebih mudah mengakses data pasien serta
informasi perawatan terakhir. “Aplikasi klinis yang banyak digunakan selama ini
adalah referensi tentang obat/drug reference. Bahkan sebuah PDA dengan
pemindai bar code/gelang data, saat ini sudah tersedia. PDA semacam ini
memungkinkan tenaga kesehatan untuk memindai gelang bar code/gelang data
pasien guna mengakses rekam medis mereka, seperti obat yang tengah dikonsumsi,
riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu, informasi medis tersebut dapat pula
diakses secara virtual di mana pun kapan pun, dengan bandwidth
ponsel yang diperluas atau jaringan institusional internet nirkabel kecepatan
tinggi yang ada di rumah sakit. Di samping itu data pasien atau gambar
kondisi/penyakit pasien dapat didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau
riset, demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Meski demikian, PDA
tidak akan dapat menggantikan komputer/dekstop/laptop. Tetapi setidaknya, alat
ini akan memberikan kemudahan tenaga kesehatan untuk mengakses informasi di
mana saja.
Fungsi bantuan PDA
untuk kita sebagai perawat adalah perawat dapat mengakses secara cepat
informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan kalkulasi obat atau
perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan data pasien, membuat
grafik/table, mengefisiensikan data dan menyebarluaskannya; perawat dapat
mengorganisasikan data, mendokumentasikan intervensi keperawatan dan membuat
rencana asuhan keperawatan; PDA dapat menyimpan daftar nama, email, alamat
website, dan diary/agenda harian; PDA sangat berguna untuk program pembelajaran
keperawatan; meningkatkan keterlibatan dan hubungan pasien-perawat. Apabila
pasien dan perawat memiliki PDA, aplikasi komunikasi keperawatan tingkat
mutahir dapat diterapkan, yang tidak lagi menonjolkan peran tatap muka hubungan
interaksi perawat-pasien (telenursing). PDA dapat menunjang pengumpulan data
base pasien dan RS, yang berguna untuk kepentingan riset dalam bidang
keperawatan. Sudah selayaknya institusi pendidikan keperawatan sebaiknya
memberikan penekanan penting dalam kurikulumnya, untuk mulai mengaplikasikan “touch”
over “tech” (sentuhan tehnologi dalam bidang keperawatan). Sehingga saat
si perawat tersebut telah lulus, mereka dapat mengintegrasikan tehnologi dalam
asuhan keperawatan.
Dengan adanya
komputer dan PDA di tempat kerja perawat, dapat meningkatkan produktivitas,
mengurangi kesalahan serta kelalaian/negligence, meningkatkan mutu
perawatan kepada pasien, dan meningkatkan juga kepuasan kerja perawat. Sebagian
besar perawat secara umum masih “gaptek” tehnologi, termasuk PDA. Kita bisa
memulai bergabung dengan grup penggermar PDA dan masuk dalam
kelompok/komunitas, atau dapat pula belajar dari para dokter, membuka website
tutorial/panduan PDA, mempelajari dari buku dan dari perawat lain yang telah
terbiasa menggunakan PDA. Mulailah mencoba dari hal yang sederhana seperti
agenda harian, organizer, mengambil/upload gambar, games, musik, dsb.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Pemanfaatan PDA dan tehnologi pada akhirnya berpulang kepada perawat itu sendiri. Namun sudah semestinya diharapkan keterlibatan institusi rumah sakit atau pendidikan keperawatan, agar mampu merangsang pemanfaatan tehnologi informasi/nursing computer secara luas di negara kita. Di Indonesia seyogyanya akan lebih baik jika dosen/CI (clinical instructor) dari institusi pendidikan AKPER/STIKES/FIK mulai mengenal pemanfaatan PDA, dalam interaksi belajar mengajar. Misalnya saja saat pre/post conference pembahasan kasus praktek mahasiswa di RS apabila terdapat obat/tindakan keperawatan yang rumit, maka dosen dan mahasiswa dapat langsung akses browser internet.
Demikian pula halnya
di level manajer keperawatan setingkat Kepala bidang Keperawatan/supervisor
keperawatan di RS pun demikian. PDA sebagai organizer, dan smart phone dapat
membantu bidang pekerjaan perawat dalam peran sebagai manajer. Setiap kegiatan
rapat, pengambilan keputusan, penggunaan analisa data dan teori keperawatan
dapat diakses segera melalui PDA. Setiap data yang ada di RS dapat pula
bermanfaat untuk bahan analisa riset keperawatan, masukkan untuk perumusan
kebijakan/policy dan penunjang sistem TI (tehnologi informasi) di RS.
Sehingga bukan tidak mungkin akan tercipta nursing network (jaringan
keperawatan online) yang dapat memberikan pertukaran informasi data dan program
kesehatan secara online tanpa mengenal batas geografis.
Akan ada saatnya
dimana keperawatan, perawat, klien, asuhan keperawatan akan bersinggungan dan
berjalan seiringan dengan perkembangan percepatan tehnologi. Sentuhan asuhan
keperawatan dimasa mendatang bukan tidak mungkin, akan semakin banyak
berkembang pesat. Aplikasi telemetry (alat monitor jantung pasien) di
ruang rawat semisal medikal pada pasien jantung koroner/MI, yang dimonitor
melalui CCU untuk melihat irama dan patologi, sistem data base pasien, dan
bahkan di Singapura telah dikembangkan alat pengukuran suhu pasien dengan
dimonitor melalui komputer – menjadi terobosan baru yang perawat perlu ketahui.
Hingga ada saatnya pula tehnologi informatika dapat membantu mengurangi beban
kerja perawat, dan meningkatkan akurasi hasil asuhan keperawatan yang diberikan
di Indonesia.
Perkembangan
pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat
minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan
faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi
informatika khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan
pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem infirmasi manajemen
berbasis IT dalam parktek keperawatan di klinik. Mungkin perlu ada
terobosan-terobosan dari organisasi profesi perawat bekerjasama dengan
institusi pelyanan kesehatan untuk lebih mengaplikaskan lagi sistem informasi
manajemen berbasis IT dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang
terasa menyulitkan dan membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program
tersebut. Namun setelah terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga
mengurangi administrasi kertas kerja dalam asuhan keperawatan. Seperti
contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format tanda vital/vital signs pasien
(dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau dsb), cukup dengan langsung entry
ke komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6 lembar kertas kerja yang
perlu diisikan, sekarang cukup 1 saja yaitu nurses notes (catatan
keperawatan)
2.
Sejarah Perkembangan Komputer dalam Keperawatan
Komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi sebuah
institusi perawatan kesehatan karena banyaknya bagian/departemen yang terlibat
dalam proses perawatan pasien. Pelayanan dan manajer keperawatan harus
memasukkan banyak data/informasi mengenai pasien mulai dari saat masuk hingga
pasien pulang.
Saat ini komputer secara absolut penting untuk mengatur:
1. Makin kompleksnya masalah keuangan
2. Melaporkan permintaan beberapa bagian/departemen
3. Kebutuhan komunikasi dari tim perawatan kesehatan yang
berbeda
4. Pengetahuan yang relevan untuk perawatan pasien
Komputer mempengaruhi praktek, administrasi, pendidikan serta
penelitian, dan dampaknya akan terus meluas. Abad informasi bagi masyarakat
yang besar merupakan sejarah baru dalam perubahan teknologi, dan akan terus
berkembang mempengaruhi kehidupan dan pekerjaan selama beberapa dekade.
A.
Perspektif Sejarah
Komputer
telah dikenal sekitar lima puluh tahun yang lalu, tetapi rumah sakit lambat
dalam menangkap revolusi komputer. Saat ini hampir setiap rumah sakit menggunakan
jasa komputer, setidaknya untuk manajemen keuangan. Perawat terlambat
mendapatkan manfaat dari komputer, usaha pertama dalam menggunakan komputer
oleh perawat pada akhir tahun 1960-an dan 1970-an mencakup:
1.
Automatisasi catatan
perawat untuk menjelaskan status dan perawatan pasien.
2.
Penyimpanan hasil
sensus dan gambaran staf keperawatan untuk analisa kecenderungan masa depan
staf.
Pada
pertengahan tahun 1970-an, ide dari sistem informasi rumah sakit (SIR)
diterapkan, dan perawat mulai merasakan manfaat dari sistem informasi
manajemen. Pada akhir tahun 1980-an memunculkan mikro-komputer yang berkekuatan
besar sekali dan perangkat lunak untuk pengetahuan keperawatan seperti sistem
informasi manajemen keperawatan (SIMK)
B.
Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIR)
Sistem
informasi rumah sakit (SIR) sangat luas, desain sistem komputer yang komplek
untuk menolong komunikasi dan mengatur informasi yang dibutuhkan dari sebuah
rumah sakit. Sebuah SIR akan diaplikasikan untuk perijinan, catatan medis,
akuntansi, kantor, perawatan, laboratorium, radiologi, farmasi, pusat supali,
mutrisi/pelayanan makan, personel dan gaji. Jumlah aplikasi-aplikasi lain dapat
dimasukkan bagi beberapa bagian/departemen dan untuk beberapa tujuan yang
praktikal.
Manajer-manajer perawat perlu mengenal komputer, yang mencakup mengenal istilah umum yang digunakan komputer. Pada masa depan dapat diharapkan bahwa semua pekerjaan perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa posisi baru akan dikembangkan bagi perawat-perawat di bidang komputer.
Manajer-manajer perawat perlu mengenal komputer, yang mencakup mengenal istilah umum yang digunakan komputer. Pada masa depan dapat diharapkan bahwa semua pekerjaan perawat akan dipengaruhi oleh komputer, dan beberapa posisi baru akan dikembangkan bagi perawat-perawat di bidang komputer.
C.
Penggunaan Sistem
Informasi Manajemen Keperawatan (SIMK)
Sistem
informasi manajemen keperawatan (SIMK) merupakan paket perangkat lunak yang
dikembangkan secara khusus untuk divisi pelayanan keperawatan. Paket perangkat
lunak ini mempunyai program-program atau modul-modul yang dapat membentuk
berbagai fungsi manajemen keperawatan. Kebanyakan SIMK mempunyai modul-modul
untuk :
Ø Mengklasifikasikan pasien
Ø Pambentukan saraf
Ø Penjadwalan
Ø Catatan personal
Ø Laporan bertahap
Ø Pengembangan anggaran
Ø Alokasi sumber dan pengendalian biaya
Ø Analisa kelompok diagnosa yang berhubungan
Ø Pengendalian mutu
Ø Catatan pengembangan staf
Ø Model dan simulasi untuk pengembilan keputusan
Ø Rencana strategi
Ø Rencana permintaan jangka pendek dan rencana kerja
Ø Evolusi program
Modul
SIMK untuk klasifikasi pasien, pengaturan staf, catatan personal, dan laporan
bertahap sering berhubungan. Pasien diklasifikasikan menurut kriterianya.
Informasi klasifikasi pasien dihitung berdasarkan formula beban kerja. Juga
susunan pegawai yang dibutuhkan dan susunan pegawai yang sebenarnya dapat
dibuat. SIMK dan komputer dapat membuat perawatan pasien lebih efektif dan
ekonomis. Perawat-perawat klinis menggunakannya untuk mengatur perawatan
pasien, termasuk di dalamnya sejarah pasien, rencana perawatan, pemantauan
psikologis dan tidak langsung, catatan kemajuan perawatan dan peta kemajuan.
Hal ini dapat dilakukan di semua kantor/ruang perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer perawat dapat merencanakan karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk perawat.
Perawat-perawat klinis dapat menggunakan SIMK untuk mengganti sistem manual pada pencatatan data. Hal ini dapat mengurangi biaya sekaligus memungkinkan peningkatan kualitas dari perawatan. Dengan sistem informasi usia, manajer perawat dapat merencanakan karier untuk mereka sendiri dan perawat klinis mereka. Karier baru di SIMK mungkin satu jawaban untuk perawat.
Perkembangan
teknologi computer (informasi) yang begitu pesat telah merambah ke berbagai
sektor termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan
bidang yang bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi
komputer relatif tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara
elektronik sudah menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan,
sebagian besar rumah sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan
pengembangan billing system. Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi
yang padat modal-padat karya, tetapi investasi teknologi informasi masih
merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran
kesehatan maupun teknologi informasi komputer, rumah sakit rata-rata hanya menginvestasinya
2% untuk teknologi informasi.
Di
sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi komputer merupakan salah
satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah
derasnya arus informasi. Teknologi informasi dan komunikasi komputer saat ini
adalah bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan
perkembangan pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel
terbaru di jurnal kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat
tertinggal jika tidak memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan
terbaru. Selain memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi
informasi, TI mampu menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari
cara-cara manual. Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan
data kesehatan di-share secara mudah dan cepat.
Disamping
itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap
dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih
cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi
inovatif terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen
informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel
ini secara khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk
mendukung manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini
akan dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
3. Penetapan Teknologi Informasi di bidang
Kesehatan dapat diibaratkan sebagai pisau bermata 2
Penerapan teknologi
informasi di bidang kesehatan dapat diibaratkan sebagai pisau bermata dua. Di
satu sisi, inovasi ini dapat meningkatkan efisiensi, tetapi di sisi lain dapat
menyebabkan pemborosan, memperburuk kinerja organisasi bahkan kegagalan.
Teori mengenai difusi
inovasi pertama kali dicetuskan oleh Everett Rogers melalui publikasinya pada tahun
1960 dengan mendefinisikan sebagai proses dimana inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu pada kurun waktu tertentu kepada anggota sistem
sosial. Sedangkan inovasi diartikan sebagai “ide, praktek atau obyek yang
dianggap baru oleh individu, kelompok atau bahkan organisasi”. Proses individu
mengadopsi inovasi secara bertahap meliputi fase pengetahuan, persuasi,
keputusan, implementasi dan konfirmasi. Pengenalan obat baru juga mengikuti
fase tersebut. Dokter akan menggunakan obat baru setelah menerima berbagai
informasi melalui berbagai saluran komersial dan divalidasi oleh saluran
profesional.
Akan tetapi,
penerapan konsep inovasi dan difusi bagi adopsi teknologi informasi tidaklah
sederhana. Keputusan mengadopsi teknologi informasi tidak hanya terletak pada
aspek individu, tetapi juga pada tingkatan organisasional. Inovasi penggunaan
surat elektronik (e-mail) lebih tergantung kepada keputusan individu bukan
organisasi. Di sisi lain, dalam suatu organisasi, berbagai jenis perangkat
lunak (yang baru dan lama) dapat digunakan secara bersama-sama.
Di sinilah peran
jaringan sosial menentukan perilaku adopsi inovasi di sektor kesehatan.
Kehadiran seorang juara (champion) juga akan menentukan proses adopsi inovasi
tersebut. Champion adalah orang yang memiliki ide kreatif dan menerapkannya di
organisasi. Mereka adalah orang yang membuat kontribusi terhadap proses inovasi
dengan secara aktif dan bersemangat mempromosikan inovasi, membuat dukungan,
mengatasi resitensi serta memastikan bahwa inovasi diterapkan.
Teori tentang
perilaku organisasi juga perlu diperhatikan untuk memahami difusi teknologi
informasi. Jika suatu sistem sudah diadopsi pada tingkat organisasi, apa yang
harus dilakukan untuk meyakinkan pengguna potensial untuk mengadopsinya?
Mekanisme penghargaan dapat mendorong tetapi juga dapat menghambat. Pengalaman
menunjukkan bahwa penghargaan tidak harus terkait dengan kompensasi finansial,
tetapi juga penghargaan profesional seperti proses pengembangan karir.
Faktor lain yang
mempengaruhi inovasi adalah saluran komunikasi di organisasi yang memperkuat
jaringan sosial. Komunikasi yang mendukung pertukaran wacana (diskusi), membawa
pengetahuan dan informasi dari luar organisasi akan mempercepat proses difusi.
Selain itu, faktor lain yang berpengaruh adalah proses pengambilan keputusan
dan komitmen manajemen puncak. Komitmen pucuk pimpinan dapat ditunjukkan dengan
pemberian kesempatan serta sumber daya. Gaya kepemimpinan juga sangat
berpengaruh. Pada fase identifikasi kebutuhan gaya kepemimpinan partisipatif
akan sangat mendukung. Tetapi ketika sudah fase implementasi, model
kepemimpinan yang hirarkis disebut-sebut lebih menentukan tingkat
keberhasilannya. Yang terakhir adalah kesiapan terhadap perubahan. Zaltman et al. mengatakan bahwa pada fase
implementasi, struktur organisasi yang mendukung pengendalian serta manajemen
proyek yang berhati-hari sangat mempengaruhi keberhasilan proses inovasi. Oleh
karena itu, perencanaan merupakan salah satu variabel penting dalam penerapan
inovasi. Atribut organisasi merupakan prediktor penting dalam meluasnya
penggunaan inovasi teknologi informasi. Akan tetapi variabel ini tidak cukup
meyakinkan untuk mempengaruhi tingkat inovasi.
Penelitian Ash
menyimpulkan bahwa kesadaran terhadap komunikasi yang akurat dan tepat waktu,
mekanisme reward yang menerapkan prinsip ekspektansi, pengambilan keputusan
yang bersifat partisipatif, serta keberadaan champiorn sangat diperlukan untuk
menjamin bahwa inovasi teknologi informasi berhasil didifusikan. Selain itu,
aspek organisasi juga perlu diperhatikan tidak hanya teknologi saja.
4.
Sistem
Informasi Keperawatan Di Puskesmas
Puskesmas sebagai
salah satu institusi pelayanan umum, dapat dipastikan membutuhkan keberadaan
sistem informasi yang akurat dan handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan
pelayanan puskesmas kepada para pengguna (pasien) dan lingkungan terkait.
Dengan lingkup pelayanan yang begitu luas, tentunya banyak sekali permasalahan
kompleks yang terjadi dalam proses pelayanan di puskesmas. Banyaknya variabel
di puskemas turut menentukan kecepatan arus informasi yang dibutuhkan oleh
pengguna dan lingkungan puskesmas.
Selama ini banyak
puskesmas yang masih mengelola data-data kunjungan pasien, data-data arus obat,
dan juga membuat pelaporan dengan menggunakan cara-cara yang manual. Selain
membutuhkan waktu yang lama, keakuratan dari pengelolaan data juga kurang dapat
diterima, karena kemungkinan kesalahan sangat besar. Beberapa puskesmas mungkin
sudah memakai komputer sebagai alat bantu untuk pengelolaan data, hanya saja sampai
sekarang belum banyak program komputer yang secara khusus didesain untuk
manajemen data di puskesmas.
Sistem Informasi
Puskesmas (Simpus), sesuai namanya, adalah sebuah sistem informasi rekam medis
yang secara khusus dirancang untuk digunakan di Puskesmas. Puskesmas sebagai
institusi pelayanan kesehatan, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang unik, berbeda
dengan unit pelayanan kesehatan lainnya.
Kebutuhan-kebutuhan
Puskesmas yang unik tersebut, telah sejak lama dengan tekun dipelajari dan
diikuti perkembangannya oleh seorang teman, Raharjo. Setelah selama beberapa
tahun Mas Jojok, demikian ia biasa dipanggil, mengembangkan dan memasarkan
Simpus yang berupa aplikasi desktop (yang telah digunakan pada hampir 500
Puskesmas yang tersebar di seluruh Indonesia), pada tahun 2008, ia mengajak
kami untuk bersama-sama mengembangkan Simpus yang berbasis web. Keputusan ini
diambilnya setelah melihat fakta di lapangan bahwa Simpus berbasis web memiliki
peluang memberikan dukungan yang lebih baik pada Puskesmas dalam melayani
masyarakat. Dalam waktu kurang lebih setahun semenjak itu, Simpus berbasis web
telah digunakan oleh beberapa Puskesmas.
Simpus merekam data
rekam medis pasien-pasien yang berkunjung di Puskesmas. Tidak hanya itu, Simpus
juga membantu Puskesmas dalam menyusun laporan-laporan rutin bulanan, baik
untuk keperluan internal Puskesmas, ataupun untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan.
Ada beberapa hal yang
menjadi perhatian utama kami dalam mengembangkan Simpus berbasis web ini:
- Kemudahan dalam pengoperasian. Dari pengalaman sejauh ini, dengan pelatihan dua hari, yang dilakukan selepas jam kerja Puskesmas, kebanyakan pengguna sudah memahami alur Simpus dan cara menggunakannya.
- Kecepatan proses pengisian data. Sudah sejak lama kami menyadari bahwa pengisian data melalui tampilan berbasis web cenderung lebih lama, bila dibandingkan dengan pengisian data melalui tampilan aplikasi desktop. Kami berupaya meminimalkan waktu pengisian data dengan menyederhanakan alur, tanpa mengurangi kelengkapan data yang diisikan. Pengisian data pada semua titik (ruang pendaftaran, ruang pelayanan medis, dll) secara rata-rata dilakukan dalam waktu 1-2 menit.
- Dukungan bantuan kepada pengguna. Kami menyadari bahwa belum banyak petugas Puskesmas yang terbiasa dengan penggunaan aplikasi berbasis web. Proses pembiasaan tentu saja akan membutuhkan waktu, dan dalam proses tersebut mungkin akan ada kendala-kendala yang dijumpai. Dengan dukungan dari petugas setempat, kami selalu berupaya memberikan bantuan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.
Saat ini, Puskesmas
yang telah menggunakan Simpus kami adalah:
·
Kota Magelang: Puskesmas Magelang
Selatan, Puskesmas Magelang Utara, Puskesmas Botton, Puskesmas Jurangombo,
Puskesmas Kerkopan
·
Kabupaten Demak: Puskesmas Karangawen
·
Kabupaten Sukoharjo: Puskesmas
Kartasura, Puskesmas Polokarto
·
Kabupaten Bangka Barat: Puskesmas
Muntok
SIMPUS dikembangkan
dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi yang secara umum banyak dijumpai di
puskesmas. SIMPUS mempunyai tunjuan pengembangan yang jelas, antara lain :
o
Terbangunnya suatu perangkat lunak yang
dapat digunakan dengan mudah oleh puskesmas, dengan persyaratan yang seminimal
mungkin dari segi perangkat keras maupun dari segi sumber daya manusia yang
akan menggunakan perangkat lunak tersebut.
o
Membantu dalam mengolah data puskesmas
dan dalam pembuatan berbagai pelaporan yang diperlukan.
o
Terbangunnya suatu sistem database
untuk tingkat kabupaten, dengan memanfaatkan data-data kiriman dari puskesmas.
o
Terjaganya data informasi dari puskesmas
dan Dinas Kesehatan sehingga dapat dilakukan analisa dan evaluasi untuk
berbagai macam penelitian.
o
Terwujudnya unit informatika di Dinas
Kesehatan Kabupaten yang mendukung terselenggaranya proses administrasi yang
dapat meningkatkan kwalitas pelayanan dan mendukung pengeluaran kebijakan yang
lebih bermanfaat untuk masyarakat.
Berbagai kendala
dalam implementasi SIMPUS ataupun program aplikasi yang sudah pernah dialami di
berbagai daerah ikut menjadi masukkan untuk menentukan model pengembangan
SIMPUS. Kendala-kendala yang secara umum sering dijumpai di puskesmas antara
lain :
1. Kendala di bidang Infrastruktur
Banyak puskesmas yang
hanya memiliki satu atau dua komputer, dan biasanya untuk pemakaian sehari-hari
di puskesmas sudah kurang mencukupi. Sudah mulai banyak pelaporan-pelaporan
yang harus ditulis dengan komputer. Komputer lebih berfungsi sebagai pengganti
mesin ketik semata. Selain itu kendala dari sisi sumber daya listrik juga
sering menjadi masalah. Puskesmas di daerah-daerah tertentu sudah biasa
menjalani pemadaman listrik rutin sehingga pengoperasian komputer menjadi
terganggu. Dari segi keamanan, banyak gedung puskesmas yang kurang aman, sering
terjadi puskesmas kehilangan perangkat komputer.
2. Kendala di bidang Manajemen
Masih jarang sekali ditemukan
satu orang staf atau petugas atau bahkan unit kerja yang khusus menangani
bidang data/komputerisasi. Hal ini dapat dijumpai dari tingkat puskesmas
ataupun tingkat dinas kesehatan di kabupaten/kota. Pada kondisi seperti ini
nantinya akan menjadi masalah untuk menentukan siapa yang bertanggung jawab
atas data-data yang akan ada, baik dari segi pengolahan dan pemeliharaan data,
maupun dari segi koordinasi antar bagian.
3. Kendala di bidang Sumber Daya Manusia
Kendala di bidang SDM
ini yang paling sering ditemui di puskesmas. Banyak staf puskesmas yang belum
maksimal dalam mengoperasikan komputer. Biasanya kemampuan operasional komputer
didapat secara belajar mandiri, sehingga tidak maksimal. Belum lagi dengan
pemakaian komputer oleh staf yang kadang-kadang tidak pada fungsi yang
sebenarnya.
5. Peran Teknologi Informasi untuk
Mendukung Manajemen Informasi Kesehatan di RS
Perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor
termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang
bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif
tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah
sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya,
tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS,
negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi
informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi
informasi.
Di
sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah
satu tool penting
dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah derasnya arus
informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini adalah bagian penting
dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan perkembangan pengetahuan yang
begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal kedokteran
dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengudapte perkembangan terbaru. Selain
memiliki potensi dalam memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu
menyimpannya dengan jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual.
Konvergensi dengan teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan
di-share secara mudah dan cepat. Disamping itu, teknologi memiliki
karakteristik perkembangan yang sangat cepat. Setiap dua tahun, akan muncul
produk baru dengan kemampuan pengolahan yang dua kali lebih cepat dan kapasitas
penyimpanan dua kali lebih besar serta berbagai aplikasi inovatif terbaru.
Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif apabila manajemen informasi
kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian istimewa. Artikel ini
secara khusus akan membahas perkembangan teknologi informasi untuk mendukung
manajemen rekam medis secara lebih efektif dan efisien. Tulisan ini akan
dimulai dengan berbagai contoh aplikasi teknologi informasi, faktor yang
mempengaruhi keberhasilan serta refleksi bagi komunitas rekam medis.
Secara
umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat
keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat
input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam
video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke
digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi
ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer.
Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU
(central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi
untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem
operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik
yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat
keras berikutnya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan
komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk
respon lainnya.
Meskipun
menggunakan pendekatan, jenis aplikasi serta pengalaman yang berbeda-beda,
namun secara umum ada kesamaan faktor yang faktor yang menentukan keberhasilan
mereka dalam menerapkan rekam medis berbasis komputer, yaitu:
Leadership,
komitmen dan visi organisasi. Leadership dari pimpinan rumah sakit merupakan
faktor terpenting. Hal ini ditandai dengan komitmen jangka panjang serta visi
sangat jelas. Seringkali klinisi senior yang menjadi leader dalam komputerisasi
dan menjalin kerjasama dengan ahli informatika. Selanjutnya komitmen tersebut
direalisasikan secara finansial maupun sumber daya manusia. Bertujuan untuk meningkatkan
proses klinis dan pelayanan pasien.
Kunci
keberhasilan kedua pengembangan sistem merupakan investasi untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses klinis dan pelayanan pasien. Saat ini, seiring dengan
isyu medical error dan patient safety, kebutuhan pengembangan IT menjadi
semakin dominan. Melibatkan klinisi dalam perancangan dan modifikasi sistem. Di
kelima rumah sakit tersebut, berbagai upaya dilakukan, baik formal maupun non
formal untuk melibatkan dokter dan dalam perancangan dan modifikasi sistem.
Dokter, perawat maupun tenaga kesehatan lain yang memiliki pengalaman
informatik dilibatkan sebagai penghubung antara klinisi dan sistem informasi.
Hal ini terutama sangat penting dalam merancangn sistem pendukung keputusan
klinis. Pengalaman di atas mengungkapkan bahwa penerapan IT untuk rekam medis
merupakan effort yang luar biasa yang tercermin mulai dari leadership pimpinan,
komitmen finansial dan SDM, tujuan organisasi, proses perancangan yang
melelahkan, networking antara tenaga medis, non medis dan informatik hingga
menjaga momentum.
Namun
demikian, tidak dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi
informasi untuk manajemen kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf
pengembangan sistem informasi transaksi (misalnya data administratif, keuangan
dan demografis) problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian,
jika sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar. Di sisi lain,
persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga
kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena
pemahaman yang keliru. Oleh karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan
ketrampilan merupakan salah satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah
masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik,
terkadang investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai
lebihnya. Yang terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security,
konfidensialitas dan privacy data medis.
Dari
konteks teknologi informasi dan komunikasi, dapat dikatakan bahwa pelbagai
aplikasi sangat potensial sekali diterapkan di dunia medis. Akan tetapi kita
harus memperhatikan bahwa hingga saat ini secara kultural, dunia medis,
termasuk yang sudah menerapkan infrastruktur elektronik secara canggih sebagian
besar transaksi informasi klinis masih berjalan secara face to face. Sehingga tidak salah bila ada yang mengatakan bahwa
keberhasilan sistem informasi di rumah sakit 90% merupakan masalah sosial
kultural dan hanya 10% saja yang merupakan masalah informatika. Secara terapan,
aplikasi informatika kedokteran meliputi rekam medik elektronik, sistem
pendukung keputusan medik, sistem penarikan informasi kedokteran, hingga
pemanfaatan internet dan intranet untuk sektor kesehatan, termasuk merangkaikan
sistem informasi klinik dengan penelusuran bibliografi berbasis internet. Dengan demikian, komunitas rekam medis akan memiliki
wawasan yang luas mengenai prospek teknologi informasi serta mampu menjembatani
klinisi (pengguna dan penyedia utama informasi kesehatan) dengan para ahli
komputer (informatika) yang bertujuan merancang desain aplikasi dan sistem agar
dapat menghasilkan produk aplikasi manajemen informasi kesehatan di rumah sakit
yang lebih efektif dan efisien.
6. Pemanfaatan Teknologi Informasi
pada riset Keperawatan
Tidak
bisa dipungkiri lagi, bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) akan
berperan besar dalam meningkatkan layanan kesehatan warga dunia. Akselerasi
penggunaan TIK dalam dunia kesehatan semakin meningkat dan mudah dengan adanya
partisipasi Google Inc yang mulai menyediakan layanan Medical Record Service.
Proyek
percontohan Google itu telah melibatkan puluhan ribu pasien di rumah sakit
Cleveland yang dengan suka rela mentransfer rekam medis mereka. Rekam medis
yang terkumpul itu dipergunakan oleh Google untuk memberikan layanan melalui
aplikasi terbarunya. Perlu dicatat bahwa setiap data pasien dalam rekam medis,
seperti resep obat, jenis alergi, riwayat kesehatan, dan sebagainya semuanya
itu dilindungi dengan mempergunakan password, seperti juga yang disyaratkan
dalam layanan Google lainnya. Layanan Google tersebut semakin membuat pengelola
rumah sakit ingin segera memakai dan mengintegrasikan sistem informasi dan
manajemenya dengan Google demi mewujudkan sistem layanan kesehatan yang lebih
efektif dan progresif.
Perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor
termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang
bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif
tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah
sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system. Meskipun
rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya, tetapi
investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS, negara yang
relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi informasinya,
rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi informasi.
Dalam
era informasi seperti sekarang ini, peranan teknologi informasi dapat
diaplikasikan untuk berbagai bidang kehidupan salah satunya adalah pada bidang
kesehatan. Sektor kesehatan merupakan salah satu sektor pembangunan yang sedang
mendapat perhatian besar dari pemerintah, karena sektor ini merupakan salah
satu sektor pembangunan yang sangat potensial untuk dapat diintegrasikan dengan
kehadiran teknologi informasi.
Salah
satu contoh aplikasi teknologi informasi di bidang kesehatan adalah dengan
mengimplementasikan suatu sistem jaringan kesehatan global dalam satu
komunitas, yang dapat berbasis pada LAN (Local Area Network), MAN (Metropolitan
Area Network) maupun WAN (Wide Area Network), yang menghubungkan beberapa pusat
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.
Pemanfaatan
teknologi informasi di bidang kesehatan seperti penyampaian hasil
laboratorium secara online maupun lewat Short Message Service (SMS) dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih efisien dan efektif kepada
masyarakat. Sistem informasi hasil laboratorium online yang dapat dengan mudah
diakses lewat website maupun SMS. Pasien dari rumah tidak harus datang kembali
ke laboratorium untuk mengambil hasil pemeriksaan. Hal ini tentunya akan
lebih efisien dari segi waktu, dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada
pasien.
Sistem
informasi membantu perawat mengerjakan berbagai tugas kaitannya dengan
pengambilan keputusan dengan DSS (Decision Support System). DSS
membantu membuat hubungan antara informasi yang didapatkan dari pasien
literature pilihan tindakan berdasarkan integrasi sistem. Sistem informasi juga
meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien. Informatika dapat mencegah eror
dengan melaksanakan fungsi pengambilan keputusan dan mencegah fungsi yang tidak
tepat. Untuk
aktivitas fungsional, Teknologi informasi telah memperlihatkan peran yang
sangat signifikan untuk menolong jiwa manusia, dan riset di bidang kedokteran.
Teknologi digunakan untuk mendiagnosis penyakit, menemukan obat yang tepat,
serta menganalisis organ tubuh manusia bagian dalam yang sulit dilihat. Salah
satu contoh pemanfaatannya adalah Teknologi informasi berupa Sistem
Computerized Axial Tomography (CAT) berguna untuk menggambar struktur bagian
otak dan mengambil gambar seluruh organ tubuh yang tidak bergerak dengan
menggunakan sinar-X. Sedangkan untuk yang bergerak menggunakan sistem Dynamic
Spatial Reconstructor (DSR) yang dapat digunakan untuk melihat gambar dari
berbagai sudut organ tubuh. Data-data ini kemudian akan digunakan oleh dokter
atau praktisi medis sebagai dasar penegakan diagnosis maupun aktivitas
pemeriksaan.
Untuk
hal administratif pada suatu rumah sakit teknologi informasi digunakan untuk
menangani transaksi yang berhubungan dengan karyawan, juru medis, dan pasien.
Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah menjadi
salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah sakit
di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Sekarang
ini sudah banyak rumah sakit yang menerapkan sistem informasi untuk memberikan
kepuasan pelayanan terhadap masyarakat. Teknologi informasi telah banyak
diaplikasikan misalnya, rekam medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung
pelayanan rawat inap, rawat jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil
pemeriksaan laboratoris baik berupa teks, angka maupun gambar (seperti
patologi, radiologi, kedokteran nuklir, kardiologi sampai ke neurologi sudah
tersedia dalam format elektronik.
Sedangkan
pada bagian rawat intensif teknologi informasi digunakan untuk mengcapture data
secara langsung dari berbagai monitor dan peralatan elektronik. Sistem
pendukung keputusan (SPK) juga sudah diterapkan untuk membantu dokter dan
perawat dalam menentukan diagnosis, pemberitahuan riwayat alergi, pemilihan
obat serta mematuhi protokol klinik. Dengan kelengkapan fasilitas elektronik,
dokter secara rutin menggunakan komputer untuk menemukan pasien, mencari data
klinis serta memberikan instruksi klinis. Namun demikian, bukan berarti kertas
tidak digunakan. Dokter masih menggunakannya untuk mencetak ringkasan data
klinis pasien rawat inap sewaktu melakukan visit. Di bagian rawat jalan,
ringkasan klinis tersebut dicetak oleh staf administratif terlebih dahulu.
7. Sistem Informasi Keperawatan berbasis
Komputer
Seiring dengan
globalisasi, perkembangan pengetahuan dan teknologi, pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan juga mulai berkembang. Perkembangan pengetahuan
masyarakat membuat masyarakat lebih menuntut pelayanan kesehatan yang bermutu
dan dapat dipertanggungjawabkan. Perawat sebagai salah satu tenaga yang
mempunyai kontribusi besar bagi pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dalam upaya peningkatan
mutu, seorang perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai
standar, yaitu mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi berikut dengan
dokumentasinya.
Pendokumentasian
Keperawatan merupakan hal penting yang dapat menunjang pelaksanaan mutu
asuhan keperawatan. (Kozier,E. 1990). Selain itu dokumentasi keperawatan
merupakan bukti akontabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang
perawat kepada pasiennya. Dengan adanya pendokumentasian yang benar maka bukti
secara profesional dan legal dapat dipertanggung jawabkan. Masalah yang sering
muncul dan dihadapi di Indonesia dalam pelaksanaan asuhan keperawatan adalah
banyak perawat yang belum melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar asuhan
keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan juga tidak disertai
pendokumentasian yang lengkap.( Hariyati, RT., th 1999)
Saat ini masih banyak
perawat yang belum menyadari bahwa tindakan yang dilakukan harus
dipertanggungjawabkan. Selain itu banyak pihak menyebutkan kurangnya
dokumentasi juga disebabkan karena banyak yang tidak tahu data apa saja yang
yang harus dimasukkan, dan bagaimana cara mendokumentasi yang benar.( Hariyati,
RT., 2002)
Kondisi tersebut di
atas membuat perawat mempunyai potensi yang besar terhadap proses terjadinya
kelalaian pada pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pada
khususnya. Selain itu dengan tidak ada kontrol pendokumentasian yang benar maka
pelayanan yang diberikan kepada pasien akan cenderung kurang baik, dan
dapat merugikan pasien. Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di
beberapa rumah sakit di Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian
tertulis. Pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat
harus menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan
waktu banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul
adalah biaya pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak
tersedia. Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan
yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran
kertas maka dokumentasi asuhan keperawatan sering terselip. Selain itu
pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan
menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu pendokumentasian
tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di ruang penyimpanan
akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi bukti legal jika
terjadi suatu gugatan hukum, dengan demikian perawat berada pada posisi yang
lemah dan rentan terhadap gugatan hukum.
Di luar negri kasus
hilangnya dokumentasi serta tidak tersedianya form pengisian tidak lagi
menjadi masalah. Hal ini karena pada rumah sakit yang sudah maju seluruh
dokumentasi yang berkaitan dengan pasien termasuk dokumentasi asuhan
keperawatan telah dimasukkan dalam komputer. Dengan informasi yang berbasis
dengan komputer diharapkan waktu pengisian form tidak terlalu lama, lebih
murah, lebih mudah mencari data yang telah tersimpan dan resiko hilangnya data
dapat dikurangi serta dapat menghemat tempat karena dapat tersimpan dalam ruang
yang kecil yang berukuran 10 cm x 15 cm x 5 cm . Sistem ini sering
dikenal dengan Sistem informasi manjemen. Sistem informasi merupakan suatu
kumpulan dari komponen-komponen dalam organisasi yang berhubungan dengan proses
penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen-
komponen yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk,
pelanggan, supplier, dan rekanan. (Eko,I. 2001).
Sistem informasi
keperawatan adalah kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan
yang disusun untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan
pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan
(Gravea & Cococran,1989) Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995)
system informasi keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan
menggunakan data, informasi dan pengetahuan tentang standar
dokumentasi , komunikasi, mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan
dan mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan
efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan
kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu
organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat
dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.
Sistem Informasi
manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar negri sekitar tahun 1992,
di mana pada bulan September 1992, sistem informasi diterapkan pada sistem
pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan pasien.
(Liaw, T.,1993). Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang sistem
informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal 2010(Reliable
Health Information 2010). (Depkes, 2001). Pada Informasi kesehatan andal
tersebut telah direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan
kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di masyarakat,
namun pelaksanaannya belum optimal. Sistem informasi manajemen
keperawatan sampai saat ini juga masih sangat minim di rumah sakit
Indonesia. Padahal sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan
mempunyai banyak keuntungan jika dilihat dari segi efisien, dan produktifitas.
Dengan sistem
dokumentasi yang berbasis komputer pengumpulan data dapat dilaksanakan
dengan cepat dan lengkap. Data yang telah disimpan juga dapat lebih efektive
dan dapat menjadi sumber dari penelitian, dapat melihat kelanjutan dari
edukasi ke pasien, melihat epidemiologi penyakit serta dapat memperhitungkan
biaya dari pelayanan kesehatan.(Liaw,T. 1993). Selain itu dokumentasi
keperawatan juga dapat tersimpan dengan aman. Akses untuk mendapat data yang
telah tersimpan dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan bila harus mencari
lembaran kertas yang bertumpuk di ruang penyimpanan. Menurut Herring dan
Rochman (1990) diambil dalam Emilia, 2003: beberapa institusi kesehatan yang
menerapkan system komputer, setiap perawat dalam tugasnya dapat menghemat
sekitar 20-30 menit waktu yang dipakai untuk dokmuntasi keperawatan dan
meningkat keakuratan dalam dokumentasi keperawatan. Dokumentasi keperawatan dengan menggunakan komputer seyogyanya
mengikuti prinsip-prinsip pendokumentasian, serta sesuai dengan standar
pendokumentasian internasional seperti: ANA, NANDA,NIC (Nursing Interventions
Classification, 2000).
Sistem informasi
manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung pedoman bagi pengambil
kebijakan/pengambil keputusan di keperawatan/Decision Support System
dan Executive Information System.(Eko,I. 2001) Informasi asuhan
keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang berbasis komputer dapat
digunakan dalam menghitung pemakaian tempat tidur /BOR pasien, angka
nosokomial, penghitungan budget keperawatan dan sebagainya. Dengan adanya data
yang akurat pada keperawatan maka data ini juga dapat digunakan untuk informasi
bagi tim kesehatan yang lain. Sistem Informasi asuhan keperawatan juga dapat
menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khususnya dan riset
kesehatan pada umumnya. (Udin,and Martin, 1997).Sistem Informasi
manajemen (SIM) berbasis komputer banyak kegunaannya, namun pemanfaatan
Sistem Informasi Manajemen di Indonesia masih banyak mengalami kendala. Hal ini
mengingat komponen-komponen yang ada dalam sistem informasi yang dibutuhkan
dalam keperawatan masih banyak kelemahannya.